Kebudayaan Toala

Kebudayaan Toala

Pendahuluan: Kebudayaan Toala

Dreamhub.id – Kebudayaan Toala adalah permata tersembunyi yang menawarkan kisah tak terhitung dan keindahan mendalam dalam pencapaian artistik dan warisannya. Pada masa Mesolitikum, orang yang tinggal di gua lebih mungkin untuk tinggal di dalamnya, tinggal di daerah sungai atau laut daripada dengan masyarakat yang tinggal di gua pada masa Paleolitik. Ada banyak manusia purba zaman Mesolitikum yang tinggal di gua di sisi lain.

Mengenal Zaman Mesolitikum dan Sejarahnya​

Pada zaman Era Mesozoikum, ada jejaknya jejak di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan di Flores. menunjukkan Hal ini bahwa pertumbuhan tersebut​​agama Mesolitikum telah menyebar ke banyak tempat di Indonesia. Orang-orang yang menciptakan modern masyarakat batu tengah disebut manusia Homo.

Salah salah satu peristiwa paling terkenal di zaman Mesolitikum adalah lahirnya kjokkenmoddinger dan mulainya abris sous roche.

Kebudayaan Toala

Kelompok Toala dan yang sesuai dengan itu adalah kelompok flake dan blade. Banyak Batu-batu tersebut yang dari​ batu-batuan yang berasal dari Eropa, seperti kalsedon, jaspis, obsidian, dan kapur. Dari orang yang meninggal menguburkannya di dalam gua dan bila tulang belulangnya telah mengering, akan memberikan kenang-kenangan kepada keluarganya. Tidak banyak tanduk akan mengubah tulang belakang menjadi sebuah kalung. Selain itu, di gua ada lukisan tentang perburuan babi dan jarak lima jari yang melumurinya dengan kucing merah yang bikin “silhouette”.

Seni dari merah tanda berkabung. Bangunan ini terdapat di Jawa (Bandung, Besuki, dan Tuban), Sumatera (danau Kerinci dan Jambi), dan Nusa Tenggara di pulau Flo indah. Di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat sekelompok masyarakat bernama Suku Toala yang bermukim di Kabupaten Pangkep dan Maros.

Di Indonesia, kehidupan orang tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yang berburu dan menangkap ikan. Namun orang sampai saat ini juga mulai memiliki tempat tinggal yang agak tetap dan cocok tanam secara sederhana. Tempat tempat mereka yang memilih untuk tinggal biasanya​ berada di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche), sehingga banyak cerita tentang kehidupan masyarakat di tempat tersebut pada masa itu, khususnya di Res dan Timor.

Hukuman yang Dihasilkan oleh Kebudayaan toala

  • Alat Serpih (flake)
  • Peralatan tukang
  • Batu Penggiling 
  • Gerabah
  • Kapak genggam (kerikil)
  • Kulit hewan

Ciri Kebudayaan Toala

Ciri khas Kebudayaan Toala adalah flakes bergerigi, bisa menemukannya di gua-gua di luar biasa, Maros, Bone, dan Bantaeng di Sulawesi Selatan. Timor-Leste, Flores, dan Roti di Nusa Tenggara Timur. Di Priangan, Bandung, Jawa Barat, serpihan terbuat dari bahan obsidian atau kayu dari pohon dari obsidian atau kayu dari pohon itu​.

Zaman Mesolithikum

Zaman Mesolithikum (zaman batu tengah) berhasil berhasil pada akhir zaman es sekitar 10.000 tahun yang lalu. Dalam bahasa Indonesia, bulan ini bulan juga terkenal sebagai bulan “mengumpulkan makanan”. Saat ini waktu, masyarakat yang tinggal di sana sebagian besar orang dari Kepulauan Melanesia, khususnya kelompok Papua, Semarang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Baik Kebudayaan mesolithikum dari ini banyak terdapat di berbagai tempat antara lain di Sumatera mesolitikum Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.

Sekilas tentang bagaimana masyarakat hidup pada zaman mesolithikum​lihatlah bagaimana kehidupan masyarakat pada zaman mesolithikum​​ Masih nomaden, tapi sebagian sudah ada yang menetap dan melakukan food mengumpulkan

Benda-benda yang ada pada zaman sempit bersamaan dengan zaman paleolitikum sebagian besar berupa batu-batuan berukuran besar. Menemukannya pada gugusan batu di pinggir pantai dengan nama Kjokken Medinger (sampah dapur).

Alat ini banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Meskipun ada alat-alat Mesolithikum di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang juga merupakan Abris Sous Roche adalah Flakes (Alat serpih), ujung mata panah, pipisan, kapak persegi, dan alat-alat dari tulang.

Penutup

Dengan mengikuti ajaran ajaran Pendahulu, kita mampu menghadapi tantangan yang berada di luar kemampuan kita. Dari cara tradisional hingga menua dengan anggun, Toala tidak hanya mewujudkan kebijaksanaan tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi masa depan. Oleh karena itu dengan mengkaji dan menganalisis kekayaan, kita menciptakan landasan untuk​landasan pemahaman yang lebih mendalam untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas peradaban manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *