Mengubah Teknologi untuk Manusia Purba

Mengubah Teknologi untuk Manusia Purba

Pendahuluan: Mengubah Teknologi untuk Manusia Purba

Dreamhub.id – Mengubah Teknologi untuk Manusia Purba. Kita semua perlu mengetahui bahwa, meskipun tidak tertulis. Saat ini, teknologi di dalam besar merupakan teknologi dasar yang masyarakat gunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam kehidupan nyata, kehidupan, teknologi batuan ini juga bisa menggunakannya untuk menembakkan tombak.

Alat yang paling awal masyarakat gunakan mulanya adalah kebetulan, seadanya, dan kesalahan. Pada Awalnya, masyarakat yang tinggal di hutan hanya menggunakan bebatuan dari daerah tertinggi dan paling tidak stabil. Kemajuan teknologi dipercepat dalam jangka waktu yang lama. Para ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era praaksara ini menjadi beberapa zaman atau beberapa tahap perkembangan. Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum bercampur pada Kebudayaan zaman batu ini terbagi.

Hasil kebudayaan manusia zaman praaksara yang sampai saat ini adalah hasil budaya masa megalitikum, yang sama berupa bangunan batu besar. Menggambarkan masa megalitikum dalam masa Hindu Budha, tetapi ada hasil akulturasi budaya Hindu Budha yang sama dengan bangunan candi seperti Candi Borobudur. Hal titik,ini bisa juga​​pada rencana proyek bangunan lain di Bali, seperti atap Masjid Kudus.terlihat pada rencana untuk​​​​​​​proyek bangunan lainnya di Bali seperti yang ada di atap masjid Kudus.​​

Peningkatan Teknologi Purba Manusia dan Cara Kerjanya​​

Di Sumba, proses pembuatan arca menhir​ sebagai moyang pemujaan tetap berlangsung hingga saat ini. Membuat arca sebagai penghormatan atas meninggalnya raja atau penguasa. Membangun lengkungan ​ini agar orang-orang bisa tinggal tetap dekat dengan leluhur dan koneksi mereka tidak terputus.

Pada masa megalitikum, arca-arca berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda. Saat ini pokoknya masih banyak macam-macam ​sekali jenis arca dengan tingkat kegunaan yang tinggi.

Pantai dan Gua​

Zaman batu akan berubah menjadi zaman batu tengah yang masyarakat menyebutnya juga zaman mesolitikum. Menggunakan hasil kebudayaan batu tengah ini lebih maju dalam hasil kebudayaan zaman paleolitikum (batu tua). Meskipun terlihat seperti ini, terbentuk dan hasil peradaban paleolitikum tidak seperti yang terlihat, dan masih melalui penyempurnaan. Secara keseluruhan, inti kebudayaan mesolitikum terbagi menjadi dua dan ditandai dengan lingkungan tempat tinggal, yaitu di pantai dan gua.

Kebudayaan Kjokkenmoddinger 

Bahasa Kjokkenmoddinger Berasal dari bahasa datang. dari bahasa Denmark. Kjokken adalah dapur, dan modding adalah sampah, jadi kjokkenmoddinger adalah dapur modding. Dalam kaitannya dari hubungannya ​kebudayaan manusia, kjokkenmoddinger adalah tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang terus dengan kebudayaan manusia, sepanjang pantai Sumatera.

Kjokkenmoddinger ini memberi kita informasi bahwa sebagian besar waktu, orang yang bekerja di mesothelioma orang menghabiskan waktu mereka tinggal di bawah​ dari tinggal di dasar pantai. Pada tahun tahun 1925, Von Stein C melakukan penelitian di hutan dan menemukan sejenis kapak.

Nama yang diberi di bukit kerang pantai Sumatra timur ini adalah Kapak Sumatra. Kapak Sumatra ini terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya membiarkan saja, dan sisi bagian dalam mengerjakannya sampai keperluannya. Selain kapak Sumatera, kapak pendek dan batu pipisan juga kita dapat menemukannya Di Jawa, menggunakan pipisan batu untuk menumbuk atau menghaluskan jamu.

Kebudayaan Abris Sous Roche

Pohon Abris Sous Roche merupakan hasil pohon yang dapat menemukannya di gua-gua. Indikator ini mengatakan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kajian studi pertama tentang gedung ini bangunan ini selesai​ oleh Von Stein C (1928–1931) di Gua Lawa Ponorogo.

Ada beberapa jenis yang berbeda teknologi adonan, seperti ujung panah, serpihan, batu penggiling, dan peralatan dari tulang dan tanduk rusa. Tipe Abris​Sous Roche ini banyak terdapat di Besuki, Bojonegoro, dan Selain di Sulawesi Selatan, seperti Lamoncong.

Penutup: Mengubah Teknologi untuk Manusia Purba

Saat kita mengubah teknologi untuk manusia purba, kita tidak hanya meningkatkan kehidupan mereka, tetapi juga melestarikan warisan budaya dan kearifan lokal. Mari bersama-sama membangun masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam mengubah teknologi untuk manusia purba, kita menghormati warisan budaya dan kebijaksanaan nenek moyang, sambil membuka jalan bagi inovasi yang memperkaya kehidupan dan melestarikan nilai-nilai lama yang berharga. Semoga artikel ini bermanfaat. Terimakasih!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *