Tari Khas Jawa Tengah

Tari Khas Jawa Tengah

Pendahuluan: Tari Khas Jawa Tengah

Dreamhub – Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang memiliki banyak seni dan budaya. Tari Khas Jawa Tengah merupakan salah satu bentuk kesenian daerah yang perlu masyarakat lestarikan. Tari kuno ini masyarakat perkirakan sudah ada sejak sekitar abad ke-7. Tepatnya, saat Mahabharata dan Ramayana menulisnya.

Dalam masyarakat Jawa Tengah, puisi, tari, dan berbagai kesenian lainnya sudah ada selama ratusan tahun berkat kedua orang ini. Tari Jawa Tengah muncul karena kekuasaan raja-raja adat, upacara keagamaan, dan orang-orang Belanda yang tinggal di daerah tersebut. Tari ini sering kali membawakannya pada acara-acara adat atau pertemuan.

Tujuannya adalah sebagai sarana bagi para penonton untuk terhubung dengan acara tersebut. Tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk belajar, karena setiap tarian Jawa Tengah memiliki ceritanya sendiri.

Ada banyak sekali jenis tarian Jawa Tengah, tetapi berikut ini adalah beberapa tarian yang sangat terkenal dan masih sering menampilkannya hingga saat ini:

Adapun Tari dari Jawa Tengah Sebagai Berikut:

Tari Serapis

Tari Serimpi merupakan salah satu tarian adat dari Jawa Tengah. Adapun tari ini sudah ada sejak zaman feodal dan semakin populer di kalangan keraton. Menariknya, Tari Serimpi juga terkenal sebagai tarian kuno yang kini menjadi sangat indah.

Tari Serimpi sangat unik. Gerakannya yang anggun menunjukkan bahwa penarinya berbudi luhur, baik hati, dan sopan. Anda dapat melihat bagaimana gerakannya bergerak perlahan dan anggun dengan alunan gamelan yang magis sebagai latar belakang.

Jika melihat gerakan para penari yang begitu lembut, Anda dapat mengetahui bahwa Tari Serimpi masih berkerabat dengan Tari Pakarena dari Makassar. Sementara itu, Tari Serimpi sudah ada sejak lama karena menganggapnya sakral dan unik, terutama di wilayah sekitar keraton Jawa.

Bahkan, tarian ini begitu sakral sehingga sering masyarakat anggap sebagai pusaka yang menunjukkan kekuasaan raja dari zaman Hindu Jawa. Selain itu, hanya penari yang terpilih oleh keraton yang dapat melakukan pertunjukan ini. Meski demikian, Tari Serimpi masih belum sesakral Tari Bedhaya.

Tari Bedhaya

Tari Bedhaya berasal dari Keraton Surakarta dan merupakan tarian Jawa Tengah berikutnya. Hal ini sangat masyarakat yang tinggal di keraton junjung tinggi , dan memiliki makna religius yang dalam bagi para penarinya maupun masyarakat yang menontonnya. Itulah sebabnya banyak orang menganggap tarian ini dapat membantu mereka bermeditasi.

Selain itu, Tari Bedhaya juga kuat dan indah. Di bagian atas pakaian setiap penari terdapat baju beludru, dan di bagian bawah terdapat kain sarung bermotif batik. Mereka juga mengenakan selendang yang terbuat dari emas.

Penari Bedhaya menggunakan tubuh dan tangan mereka untuk menceritakan kisah cinta antara Ratu Kidul dan Raja Mataram. Musik gamelan dimainkan sebagai latar belakang.

Tari Tayub

Tari Jaipong dari Provinsi Jawa Barat sangat mirip dengan Tari Tayub. hal ini juga disebut sebagai tarian Tayuban. Adapun Tari ini merupakan bentuk kesenian khas Jawa Tengah yang sangat berkaitan dengan keindahan dan kesatuan gerakan. Tari tradisional ini memiliki beberapa kemiripan dengan Tari Jaipong dan Tari Gambyong.

Tari Tayub biasanya dipentaskan pada acara pernikahan, khitanan, atau acara tertentu seperti peringatan kemerdekaan atau bersih-bersih kota. Pertunjukan ini melibatkan penari wanita, penyanyi (disebut sinden), dan penabuh gamelan.

Tari Gambyong

Tari Gambyong lainnya berasal dari daerah sekitar Surakarta. Pada awalnya, tarian ini hanya tarian rakyat biasa yang dilakukan saat akan mengumpulkan padi. ​​Namun, belakangan ini, Tari Gambyong dipentaskan sebagai upacara keagamaan sekaligus ucapan terima kasih kepada tamu.

Nama tarian ini berasal dari nama seorang penari bernama Sri Gambyong yang memiliki suara merdu dan tubuh yang sangat lentur. Sri Gambyong langsung menarik perhatian banyak orang, hingga akhirnya sampai ke Sunan Paku Buwono IV. Sunan kemudian meminta Sri Gambyong untuk ikut menari bersamanya di rumah tersebut.

Tentu saja, semua orang yang hadir terpesona dengan cara Sri Gambyong menggerakkan tubuhnya. Agar lebih baik lagi, tarian ini dipelajari dan disempurnakan hingga menjadi tarian istana yang unik.

Tidak ada aturan tentang berapa banyak orang yang boleh menarikan tarian ini. Busana yang dikenakan adalah tank top yang menutupi bahu dan selendang. Busana tari Jawa Tengah ini akan terlihat lebih bagus jika dipadukan dengan warna hijau dan kuning.

Namun seiring berjalannya waktu, warna tidak lagi menjadi patokan. Gendang, gong, gambang, dan kenang merupakan beberapa instrumen gamelan yang dimainkan bersama lagu Tari Gambyong.

Tari Sintren

Tarian selanjutnya adalah Tari Sintren, yang namanya berasal dari kata “sintren” dan “tren.” Mereka menyebut “si” untuk “dia” dan “tren” untuk “tiga” atau panggilan yang berasal dari kata “putri.” Dalam hal ini, Tari Sintren merujuk pada Si Putri, yang merupakan tokoh utama dalam pertunjukan tari tersebut.

Kini, banyak orang mengenal tarian ini dan menarikannya di Pekalongan, yang berada di pesisir utara Jawa Barat. Menariknya, tarian ini juga dikenal sebagai tarian yang memiliki nuansa magis atau spiritual. Kisah cinta Sulasih dan Sulandono menjadi pokok cerita.

Tari Sintren sayangnya mulai punah, hilang, dan bahkan terancam punah. Hal ini dikarenakan semakin sedikitnya orang yang menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian tarian ini.

Tari Golek

Banyak orang yang menggemari Tari Golek, yang merupakan tarian khas Jawa Tengah. Tarian satu orang seperti ini dilestarikan di puri dan dipentaskan di banyak acara budaya. Tari Golek berasal dari Solo, yang mengisahkan tentang seorang gadis muda yang tumbuh menjadi wanita dewasa.

Tari Jawa Tengah ini sangat mirip dengan Tari Bedhaya dan Serimpi dalam hal gerakan dan posisi dasar. Namun, gerakan utamanya lebih kepada kecantikan seorang wanita muda. Sementara itu, kata “Golek” merujuk pada Wayang Golek. Seiring dengan alurnya, kisah sejarah Wayang Golek juga cocok untuk disimak.

Tari Bondan

Tarian terakhir adalah Tari Bondan yang berasal dari Jawa Tengah dan juga daerah Surakarta. Tari ini menampilkan sosok seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya setiap saat. Tari ini juga memiliki cerita tentang seorang anak dan seorang wanita dengan payung terbuka dan sebuah boneka.

Mereka sangat berhati-hati saat menari di atas kendi karena tidak ingin memecahkan atau menginjaknya. Tari Bondan memiliki tiga bagian, yaitu Cindogo Mariah, Mariah Pegunungan, dan Mariah Mardisiwi. Tari ini terlihat seperti gadis desa karena mengenakan pakaian layaknya anak perempuan, membawa perkakas untuk bercocok tanam, dan memegang karung.

Penutup: Tari Khas Jawa Tengah

Tari Khas Jawa Tengah bukan hanya sekadar gerakan tubuh, tetapi juga cerminan budaya yang kaya dan mendalam. Setiap langkah dan irama menyimpan cerita tentang sejarah, nilai, dan kekayaan seni yang terus masyarakat wariskan. Melalui tarian ini, masyarakat mengajak kita untuk meresapi keindahan tradisi yang tak lekang oleh waktu, sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya untuk generasi mendatang. Dengan memahami dan menikmati Tari Khas Jawa Tengah, kita turut merayakan keanekaragaman seni Indonesia yang begitu luar biasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *