Memulai Karier, Gen Z Perlu Patahkan Stigma lalu juga Sadari Realita

DreamHub.id – SURABAYA- Generasi Z alias Gen Z, perlahan mulai mendominasi dunia kerja. Mereka, yang mana lahir pada medio 1997-2012, bertambah di era digital. Banyak ide segar, perspektif baru, juga keterampilan unik yang dimaksud mengisi ruang-ruang kerja. Kendati demikian, sejumlah stigma yang melekat pada Gen Z.

Generasi yang mana melek teknologi ini punya beberapa jumlah karakter khas. Mereka dikenal sebagai generasi stroberi (buah merah yang dimaksud cantik tapi rapuh), yang dimaksud sangat sensitif dengan tekanan dunia luar. Anak-anak Gen Z menganggap kemampuan fisik mental juga keseimbangan kerja-hidup sehari-hari sebagai prioritas utama.

“Mereka bahkan terbiasa melakukan self diagnosed yang dimaksud tak pernah diadakan oleh generasi sebelumnya,” tutur Dr. Mira Tripuspita S. Psi., M. Comm (HRM), pribadi psikolog klinis, yang tersebut juga adalah VP Business Support, Pertamina Subholding Upstream Daerah Jawa.

“Ini mitos atau fakta?” tanya Mira terhadap peserta didik ITS di pertemuan diskusi “Gen Z: Tujuan vs Aspek Kesehatan Mental”, yang diselenggarakan sebagai kerja sebanding Pertamina Subholding Upstream Wilayah Jawa juga ITS, dalam Auditorium Research Center, Kampus ITS.

“Seringkali Gen Z berpikir kurang jauh,” lanjut Mira. Punya ambisi untuk memiliki rumah, misalnya, tapi enggan melakukan investasi. Mayoritas Gen Z berperilaku konsumtif, rutin menyambangi warung kopi untuk nongkrong.

Ada pula wishlist negara yang mana wajib dikunjungi. Bahkan menurut penelitian, 75 persen Gen Z sudah ada miliki setidaknya 1 tiket konser untuk 6 bulan ke depan. Semua dengan alasan demi healing, merilis stres.

Konsep FOMO (Fear of Missing Out/ketakutan akan ketertinggalan), YOLO (You Only Live Once/ hidup hanya saja sekali), lalu FOPO (Fear of People Opinion/ketakutan terhadap pendapat orang lain) mengupayakan seluruh ambisi itu.

Belum lagi desakan media sosial yang mana dikonsumsi setiap waktu. Pesan dari influencer menjadi kiblat pada mengambil keputusan, termasuk ajakan menjadi diri sendiri kemudian apa adanya pada proses melamar pekerjaan.

“Oke banget punya ambisi, tapi perlu “check-in” dengan realita untuk menghindari stres. Fokus pada apa yang dapat kita kendalikan,” arahan Mira.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *