Sutradara Film Kupu-Kupu Kertas Tegaskan Netralitas Karya Berlatar Konflik NU-PKI 1965

DreamHub.id – Jakarta – Sutradara Emil Heradi hadir dengan karya terbarunya, film Kupu-Kupu Kertas, yang digunakan terinspirasi dari sejarah kelam G30S PKI dan juga pembantaian pemuda Ansor di tempat Banyuwangi pada 1965. Saat diwawancarai oleh Tempo pada Rabu, 4 September 2024, Emil menuturkan pendekatan berbeda di menyampaikan sejarah kelam Tanah Air, dengan menghindari stereotip kebijakan pemerintah yang dimaksud melekat pada perkembangan tersebut.

Kupu-Kupu Kertas itu tentang dua anak muda, Ikhsan dan juga Ning. Tapi mereka itu berasal dari dua keluarga yang tersebut berbeda ideologi. Satu dari NU (Nahdlatul Ulama) dan juga satu lagi dari keluarga yang digunakan berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI),” ujar Emil.

Dalam film ini, Emil mencoba menampilkan konflik ideologi melalui sudut pandang manusia biasa, bukanlah semata-mata melalui narasi politik. Sutradara peraih Piala Citra itu menekankan, kisah cinta Ikhsan lalu Ning menjadi jembatan bagi penonton muda untuk memahami sejarah yang ketika ini dianggap cukup terpencil dari keberadaan mereka.

Pendekatan Berimbang Sejarah serta Ideologi dari Film Kupu-kupu Kertas

Emil menjelaskan bahwa ide awal film ini datang dari produser Denny Siregar, yang mana ingin menghasilkan cerita manusiawi di konteks sejarah. “Untuk menceritakan sejarah itu kan kadang-kadang—apalagi buat anak-anak sekarang ya kita harus kasih sesuatu yang mana dekat mirip mereka,” tuturnya.

Namun, Emil serta kelompok produksinya berupaya mencari sudut pandang berbeda dengan menggali sejarah yang mana terjadi dalam luar Jakarta, seperti kejadian di dalam Cluring, Banyuwangi. Peristiwa ini mengisahkan pembantaian 62 pemuda Ansor oleh kelompok yang berafiliasi dengan PKI pada 18 Oktober 1965.

Poster film Kupu-kupu Kertas. Foto: Instagram.

“Kita nggak berpihak untuk mana pun, ini ada satu perkembangan yang dimaksud disebabkan oleh sejarah yang digunakan panjang,” ungkapnya. Ia menekankan bahwa film ini justru menampilkan sejarah secara apa adanya tanpa membiarkan stigma kebijakan pemerintah mempengaruhi narasi film.

Emil juga menjelaskan pendekatan yang mana diambil. Ia tegas menyatakan bahwa Kupu-Kupu Kertas tak mencoba menjauhi salah satu kelompok. “Aku bahkan nggak kepikiran untuk menjauhi yang mana mana lalu gimana. Kita sebisa kemungkinan besar berada dalam tengah. Ini adalah tentang bagaimana kita mengamati sejarah dari perspektif orang biasa,” katanya.

Ia juga merinci, selain mengemas pada sisi romansa, Kupu-Kupu Kertas bertujuan untuk menampilkan kejadian sejarah secara objektif dengan fokus pada aspek kemanusiaan. “Kan awalnya adalah dari reformasi agraria yang digunakan nggak selesai-selesai. Menyebabkan ada satu pihak, PKI yang mana mencoba menggunakan bromocorah,” tuturnya.

Sutradara jebolan Institut Kesenian DKI Jakarta (IKJ) itu juga mengakui bahwa sejarah banyak kali dibentuk oleh narasi politik, namun menurutnya, dengan melegakan stigma-stigma tersebut, sejarah akan dapat diterima oleh penonton lintas generasi. “Kalau kita mengurangi stigma-stigma politik, sejarah itu akan terasa lebih tinggi manusiawi aja,” kata Emil.

Tantangan Berkumpul Keluarga Korban

Bercerita tentang proses riset film, Emil mengungkapkan bahwa pasukan produksi telah terjadi melakukan pendekatan terbuka untuk memahami berbagai perspektif. Proses produksi film Kupu-Kupu Kertas juga diwarnai tantangan tersendiri. Emil menjelaskan bahwa timnya berhasil berinteraksi dengan kelompok Ansor di area Banyuwangi.

“Mereka (keluarga kelompok Ansor) sih sangat terbuka. Mereka bilang, ya ini sudah ada saatnya membantu bercerita mengenai ini. Nggak menutupi bahwa kejadian itu benar-benar terjadi juga,” ujar Emil. Sebaliknya, keluarga yang terafiliasi dengan PKI cenderung melakukan penutupan akses, sehingga sulit bagi regu produksi untuk menggali cerita dari perspektif mereka.

Kupu-Kupu Kertas, yang dimaksud akan kembali tayang dalam bioskop Indonesia pada 26 September 2024, awalnya diresmikan pada 7 Februari 2024 namun ditarik dari peredaran untuk menghormati masa tenang mendekati Pemilihan Presiden. Film ini menceritakan hubungan cinta dua anak muda dari dua ideologi berbeda. Ikhsan, pemuda dari keluarga NU, serta Ning, perempuan dari keluarga PKI, dihadapkan pada dilema besar ketika konflik urusan politik memanas.

Disutradarai oleh Emil Heradi, Kupu-Kupu Kertas disajikan di durasi 1 jam 53 menit. Produksi film ini melibatkan Denny Siregar Production lalu Maxima Pictures, menampilkan pemain utama seperti Chicco Kurniawan sebagai Ikhsan, Amanda Manopo sebagai Ning, dan juga Iwa K sebagai Rekoso. Jajaran pemeran lainnya juga diramaikan oleh Reza Oktovian sebagai Busok, Samo Rafael sebagai Rasyid, Fajar Nugra sebagai Zul, Ayu Laksmi sebagai Sulastri, juga Ony Serojawati Hafiedz sebagai Aida.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *