DreamHub.id – Yogyakarta – Film pendek berjudul Liang karya peserta didik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) meraih anugerah Special Mention dalam kompetisi Festival Film Moderasi Beragama (FFMB) yang tersebut dihelat Kementerian Agama 2024. Film ini sebelumnya juga berhasil menembus delapan besar di dalam tiga kategori nominasi festival itu yakni sebagai Film Terbaik, Sutradara Terbaik, lalu Skenario Terbaik.
Film Liang merupakan skripsi dari tiga siswa Rencana Studi Keilmuan Komunikasi UMY, yaitu Marcellino Jhonanda sebagai sutradara, Handarbe Linuwih sebagai penulis naskah, serta Yaiba Kallani sebagai editor. Marcellino mengungkapkan bahwa film ini sudah didistribusikan ke tambahan dari 30 festival, baik nasional maupun internasional.
“Alhamdulillah, dapat masuk di dua nominasi dari 299 film yang tersebut berpartisipasi. Rasanya sangat menyenangkan, meskipun perjalanan untuk festival-festival ke depan masih panjang,” kata dia, Selasa 3 September 2024.
Film Liang Angkat Kisah Toleransi Umat Beragama
Film Liang mengisahkan tentang perbedaan agama di satu keluarga. Meskipun keluarga yang disebutkan hidup rukun, sebuah insiden muncul ketika ibu yang digunakan beragama Islam meninggalkan wasiat untuk dimakamkan di tempat samping sang ayah yang dimaksud beragama Katolik. Wasiat ini menyebabkan kebingungan kemudian perdebatan diantara anak-anak mereka, Yanti yang digunakan beragama Islam juga Supri yang dimaksud beragama Katolik.
Marcellino berharap film ini dapat menggambarkan keberagaman di dalam Indonesia serta menyuarakan pentingnya toleransi beragama. “Kami ingin menunjukkan bagaimana keberagaman agama pada sebuah keluarga dapat menghadapi tantangan tanpa harus memihak salah satu sisi,” kata dia.
Keberhasilan produksi film ini, ujar dia, tak lepas dari tantangan besar pada menceritakan serta menggambarkan keberagaman agama tanpa mengedepankan satu sisi. Apalagi, menurut Marcellino, tema agama adalah tema sensitif pada film yang mana dapat memunculkan kontroversi dari berbagai kalangan.
Marcellino pun berpesan untuk para sinemator muda terus berkarya lalu lebih banyak bebas menceritakan kisah apapun meskipun merupakan isu sensitif. Penting pula untuk melakukan riset mendalam sebelum memproduksi sebuah film.
“Maksimalkan pra-produksi agar produksi berjalan lancar, serta rajin mendistribusikan film agar cerita dan juga isu yang dimaksud diangkat dapat disampaikan untuk berbagai orang, baik lokal maupun internasional,” kata dia. “Buatlah cerita yang tersebut se-universal mungkin, namun tetap saja dikemas dengan cara yang lokal.”